Thursday, 6 June 2013

gentong

Ini gentong dari tanah liat bakar. Dulu sekali waktu saya masih kecil masih sering melihat benda ini digunakan untuk wadah air atau untuk menyimpan beras. Kalau untuk wadah air diletakkan di dapur, kadang juga diletakkan di jeding. Kalau untuk menyimpan beras dimasukkan ke kamar, ke pedaringan. Ukurannya beragam, dari yang mungil sampai yang besar gendut (tapi semuanya berperut gendut dan bermulut lebar). Penjual gentong seringkali memikul dagangannya berkeliling. Membawa 2 buah gentong menggunakan pikulan. Pemandangan yang kini tidak bisa lagi saya saksikan. Tapi setidaknya bukan hanya saya yang mengenangnya. Kartolo dan kawan-kawannya juga punya sebuah cerita berjudul ‘basman juragan gentong’….. dalam cerita lucu itu basman diceritakan berkeliling menjajakan gentong
Sekarang  fungsinya sudah digantikan oleh gentong-gentong plastik yang sama sekali tidak berseni. Dan makin jarang kita melihat gentong-gentong tanah ini dijajakan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada satu lagu macapat yang berupa cangkriman –tebak-tebakan- yang jawabannya adalah klenthing. Klenthing itu masih sesaudara dengan gentong. Hanya saja dia lebih kecil lebih ramping, dan kegunaannya untuk dibawa-bawa ke ngangsu ke sendang. Karena jaman dulu air belum dialirkan ke rumah-rumah dan mereka yang butuh air harus berolahraga dulu berjalan ke sumber air. Lagunya begini :
bapak pucung cangkemmu marep mandhuwur
sabamu ing sendhang
pencokanmu lambung kering
prapteng wisma si pucung mutah guwaya

No comments:

Post a Comment