Terhitung semenjak bulan puasa tahun ini,
saya terjangkit penyakit baru, jika itu bisa disebut penyakit. Yang saya maksud
adalah keranjingan membuat kue. Ini baru. Karena meski saya bisa memasak tanpa
pernah berupaya belajar, saya selalu merasa tahu bahwa saya tidak bisa dan akan
selalu gagal membuat kue, apapun, bahkan jenis yang paling umum seperti pisang
goreng.
Tetapi, menyadari
bahwa tukang kue tempat saya memesan kue lebaran tahun lalu sudah pindah dan saya
tidak bisa menyandarkan harapan saya padanya, maka saya pun memikirkan kue apa
kira-kira yang paling mudah dibuat. Mengingat saya juga tidak tega membiarkan
meja ruang tamu kosong tanpa kue saat lebaran. Meski saya juga tidak
sungguh-sungguh berniat membuat banyak kue, hanya sekedar agar pantas saja. Dan
lagi, begitu membuat iri setiap ada teman memposting foto kue hasil karyanya…
Pilihan jatuh pada
kastengel. Tidak perlu mencetak satu per satu, jadi pasti cepat dan tidak ruwet.
Akhirnya setelah browsing resep-resep, yang jumlahnya ternyata ratusan untuk
satu jenis kue saja, saya pun memilih satu. Itu pun masih diotak-atik agar
sesuai dengan budget, peralatan, ketersediaan bahan, dan kemampuan saya. Ajaib…
kuenya jadi! Benar-benar seperti kastengel yang saya bayangkan. Maka saya pun
punya dua toples kastengel nan lezat.
Kepercayaan diri pun
akhirnya meningkat. Setelah lebaran, ada banyak sekali pisang matang, yang
tidak segera termakan. Maka terpikirlah untuk menjadikannya bolu pisang. Mengulang
cara yang sama, browing resep dulu di internet. Dan menemukan ratusan resep
bolu pisang. Ada yang dikukus, ada yang dipanggang. Dicetak kecil-kecil maupun
di dipanggang di loyang besar. Ada yang kotak ada yang bundar. Ada yang pakai
tepung terigu ada juga yang pakai tepung beras. Ada yang menyarankan memakai butter, ada yang menyarankan pakai
margarine, (banyak yang dengan vulgar menyebut merk juga…), ada juga yang pakai
minyak goreng. Ada yang pakai pengembang kue ada yang tidak. Bingung juga
memilihnya. Akhirnya memilih satu resep yang tidak pakai telur dan tidak pakai
terigu. Mengingat gandum itu barang impor yang sangat mempengaruhi neraca
dagang negara. Hasilnya… jadi kue, tapi keras, dan terlalu manis. Makan
sepotong kecil saja sudah mblenger…
karena manisnya.
Tidak puas dan jadi
penasaran. Besoknya bikin lagi. Gulanya dikurangi. Jadinya lebih bisa diterima
lidah. Tapi tetap keras. Padahal di resepnya dikatakan hasilnya moist. Mungkin harusnya dikukus seperti
membuat apem. Percobaan ketiga dilakukan setelah mencari lagi dengan lebih
teliti. Mampirlah saya di sebuah blog yang sangat meyakinkan. Ada penjelasannya
mengapa dan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Misalnya adonan tidak boleh
dipegang tangan, karena panasnya tangan akan berpengaruh pada adonan, misalnya
lagi bagaimana arah mengaduk yang benar. Ada juga foto-fotonya step by step. Saya pun dengan sangat
bersemangat mengikutinya, meski tidak pakai bahan yang sama persis. Karena
bahan yang disebutkan di resep itu tidak dapat ditemukan di toko maupun pasar
dekat rumah. Hanya pisangnya saja yang berlimpah. Yang ini pakai terigu,
mengabaikan soal neraca dagang negara dan kedaulatan pangan. Setelah mengikuti
langkah demi langkah dengan sangat teliti akhirnya kue pun matang. Ooooh…
mengecewakan hasilnya. Bisa sih dimakan, tapi penampilannya sungguh
mengenaskan. Sedangkan di blog itu ditunjukkan kue yang mengembang dan
berongga-rongga serupa rumah semut, punya saya padat dan bantat. Juga tidak
terasa benar kalau itu ada pisangnya.
Semua resep hanya
menggunakan tiga atau empat pisang, jadi persediaan pisang pun lambat habisnya.
Pada saat itulah saya melihat di food making GIF di Google+, cara membuat kue
pisang yang nampaknya sangat mudah. Tidak pakai menimbang-nimbang bahan-bahan,
pakai cangkir saja menakarnya, tidak perlu dimixer sampai benar-benar putih dan
mengembang. Dengan keputusan bahwa ini adalah percobaan terakhir, kalau gagal
saya akan berhenti. Dibandingkan tiga percobaan sebelumnya yang keempat ini
dilakukan carelessly. Setelah diaduk
semua, dimasukkan loyang, lalu dioven. Ketika sudah lewat setengah jam, karena
penasaran, mencoba mengintip. Aaah... nampaknya mengembang. Waktu kue matang
rasanya hati senang. Berbeda dengan yang sebelumnya yang ini lebih mirip kue di
buku-buku resep. Mengembang, lembut, tidak bantat, meski agak gosong, karena
tidak yakin kalau sudah matang, jadi tidak segera diangkat. Indikator
keberhasilan lainnya adalah : dalam waktu relatif singkat kuenya habis!
Hanya saja, setelah
semua percobaan itu, saya masih terus penasaran dan tidak berhenti mencari-cari
resep yang lebih mudah. Kemudian saya mulai mengganti kata kunci pencarian dari
bolu pisang atau cake pisang menjadi banana
bread recipes. Ternyata banyak yang lebih sederhana. Beberapa telah saya
simpan, cuma belum dicoba, menunggu pisang di kebun matang terlebih dahulu.
Lalu ketika tidak
punya pisang saya beralih membuat pumpkin
bread, ketika itulah tiba-tiba mixer rusak, akhirnya saya pun kembali pada
pengocok telur model lama. Yang membuat saya tidak bisa mengocok telur sampai
mengembang betul. Karena capek juga. Jadi ketika punya pisang matang lagi, saya
mengulang percobaan membuat banana bread.
Asal kocok saja, pisangnya juga belum kematangan. Akibatnya tidak bisa hancur
benar. Hasilnya, kue yang teksturnya kasar…
Besoknya mencoba
lagi. kali ini berusaha lebih telaten mengocok telurnya, sampai warnanya putih.
Pisangnya pun lebih halus. Waktu hampir matang, aduuuh baunya… harum sekali!
Memenuhi dapur. Kali ini saya pakai loyang yang lebih kecil, jadinya kuenya
nampak lebih tinggi. Yang kali ini bukan hanya harumnya yang menggoda, tapi
juga teksturnya lebih lembut. Berongga-rongga seperti umumnya cake. Rasanya?
Enak sekali….
Setiap percobaan ada fotonya, tapi tidak
sampai hati saya untuk memuatnya di sini, kecuali yang satu ini. Karena hanya
akan membangkitkan kenangan yang bisa merusak semangat dan memberatkan
hari-hari yang akan datang saja J dan lagi repot kan upload terlalu banyak
foto? Yang ini hasil percobaan terakhir. Tidak sabar menunggu dingin sudah
keburu dipotong, ditambah pisaunya kurang tajam. Jadinya hancur begitu.
Terlepas dari
penampilannya yang kurang appealing,
inilah resep yang sekarang saya yakini paling baik, maksudnya yang kalau saya
bikin pasti berhasil…
Resep cake pisang
Bahannya :
-
3 buah
pisang masak (setelah saya coba, pisang apa saja enak, asal masak)
-
2
cangkir tepung terigu
-
2 butir
telur
-
1 kuning
telur
-
¾
cangkir mentega dicairkan
-
¾ gula
pasir
-
3 sdm
susu coklat kental manis
-
½ sdt
Soda kue
-
½ sdt
Kayu manis bubuk
-
Garam
(optional)
Caranya :
1. Siapkan loyang, olesi dengan mentega, taburi
tepung
2. Panaskan oven (saya tidak bisa menjelaskan
berapa suhunya, saya cuma pakai panci serbaguna, dipanggang di atas kompor dengan
api sedang sekitar 45 menit)
3. Pisang dihancurkan sampai halus, tambahkan
susu coklat dan mentega cair, sisihkan.
4. Kocok telur dan gula sampai mengembang
5. Tambahkan tepung, soda, kayu manis, dan garam
ke dalam kocokan telur. Aduk rata.
6. Aduk dengan pisang hingga rata.
7. Masukkan ke dalam Loyang. Panggang sampai
matang
Nah, tidak jujur
kalau cuma menunjukkan hasil uji coba sendiri seolah-olah itu hasil kerja saya
sendiri. Ini contekannya htttps://plus.google.com/+YahiyaMv/posts/6yFSEtNV7PM
Tidak persis benar,
karena punya saya sudah melalui berbagai penyesuaian.
Agustus, 2016
makasih kak buat resepnya yah
ReplyDeletesurah al baqarah