Saturday, 27 August 2016

THE QUEST FOR THE BEST BANANA BREAD RECIPE


Terhitung semenjak bulan puasa tahun ini, saya terjangkit penyakit baru, jika itu bisa disebut penyakit. Yang saya maksud adalah keranjingan membuat kue. Ini baru. Karena meski saya bisa memasak tanpa pernah berupaya belajar, saya selalu merasa tahu bahwa saya tidak bisa dan akan selalu gagal membuat kue, apapun, bahkan jenis yang paling umum seperti pisang goreng.

Tetapi, menyadari bahwa tukang kue tempat saya memesan kue lebaran tahun lalu sudah pindah dan saya tidak bisa menyandarkan harapan saya padanya, maka saya pun memikirkan kue apa kira-kira yang paling mudah dibuat. Mengingat saya juga tidak tega membiarkan meja ruang tamu kosong tanpa kue saat lebaran. Meski saya juga tidak sungguh-sungguh berniat membuat banyak kue, hanya sekedar agar pantas saja. Dan lagi, begitu membuat iri setiap ada teman memposting foto kue hasil karyanya…

Pilihan jatuh pada kastengel. Tidak perlu mencetak satu per satu, jadi pasti cepat dan tidak ruwet. Akhirnya setelah browsing resep-resep, yang jumlahnya ternyata ratusan untuk satu jenis kue saja, saya pun memilih satu. Itu pun masih diotak-atik agar sesuai dengan budget, peralatan, ketersediaan bahan, dan kemampuan saya. Ajaib… kuenya jadi! Benar-benar seperti kastengel yang saya bayangkan. Maka saya pun punya dua toples kastengel nan lezat.

Kepercayaan diri pun akhirnya meningkat. Setelah lebaran, ada banyak sekali pisang matang, yang tidak segera termakan. Maka terpikirlah untuk menjadikannya bolu pisang. Mengulang cara yang sama, browing resep dulu di internet. Dan menemukan ratusan resep bolu pisang. Ada yang dikukus, ada yang dipanggang. Dicetak kecil-kecil maupun di dipanggang di loyang besar. Ada yang kotak ada yang bundar. Ada yang pakai tepung terigu ada juga yang pakai tepung beras. Ada yang menyarankan memakai butter, ada yang menyarankan pakai margarine, (banyak yang dengan vulgar menyebut merk juga…), ada juga yang pakai minyak goreng. Ada yang pakai pengembang kue ada yang tidak. Bingung juga memilihnya. Akhirnya memilih satu resep yang tidak pakai telur dan tidak pakai terigu. Mengingat gandum itu barang impor yang sangat mempengaruhi neraca dagang negara. Hasilnya… jadi kue, tapi keras, dan terlalu manis. Makan sepotong kecil saja sudah mblenger… karena manisnya.

Tidak puas dan jadi penasaran. Besoknya bikin lagi. Gulanya dikurangi. Jadinya lebih bisa diterima lidah. Tapi tetap keras. Padahal di resepnya dikatakan hasilnya moist. Mungkin harusnya dikukus seperti membuat apem. Percobaan ketiga dilakukan setelah mencari lagi dengan lebih teliti. Mampirlah saya di sebuah blog yang sangat meyakinkan. Ada penjelasannya mengapa dan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Misalnya adonan tidak boleh dipegang tangan, karena panasnya tangan akan berpengaruh pada adonan, misalnya lagi bagaimana arah mengaduk yang benar. Ada juga foto-fotonya step by step. Saya pun dengan sangat bersemangat mengikutinya, meski tidak pakai bahan yang sama persis. Karena bahan yang disebutkan di resep itu tidak dapat ditemukan di toko maupun pasar dekat rumah. Hanya pisangnya saja yang berlimpah. Yang ini pakai terigu, mengabaikan soal neraca dagang negara dan kedaulatan pangan. Setelah mengikuti langkah demi langkah dengan sangat teliti akhirnya kue pun matang. Ooooh… mengecewakan hasilnya. Bisa sih dimakan, tapi penampilannya sungguh mengenaskan. Sedangkan di blog itu ditunjukkan kue yang mengembang dan berongga-rongga serupa rumah semut, punya saya padat dan bantat. Juga tidak terasa benar kalau itu ada pisangnya.

Semua resep hanya menggunakan tiga atau empat pisang, jadi persediaan pisang pun lambat habisnya. Pada saat itulah saya melihat di food making GIF di Google+, cara membuat kue pisang yang nampaknya sangat mudah. Tidak pakai menimbang-nimbang bahan-bahan, pakai cangkir saja menakarnya, tidak perlu dimixer sampai benar-benar putih dan mengembang. Dengan keputusan bahwa ini adalah percobaan terakhir, kalau gagal saya akan berhenti. Dibandingkan tiga percobaan sebelumnya yang keempat ini dilakukan carelessly. Setelah diaduk semua, dimasukkan loyang, lalu dioven. Ketika sudah lewat setengah jam, karena penasaran, mencoba mengintip. Aaah... nampaknya mengembang. Waktu kue matang rasanya hati senang. Berbeda dengan yang sebelumnya yang ini lebih mirip kue di buku-buku resep. Mengembang, lembut, tidak bantat, meski agak gosong, karena tidak yakin kalau sudah matang, jadi tidak segera diangkat. Indikator keberhasilan lainnya adalah : dalam waktu relatif singkat kuenya habis!

Hanya saja, setelah semua percobaan itu, saya masih terus penasaran dan tidak berhenti mencari-cari resep yang lebih mudah. Kemudian saya mulai mengganti kata kunci pencarian dari bolu pisang atau cake pisang menjadi banana bread recipes. Ternyata banyak yang lebih sederhana. Beberapa telah saya simpan, cuma belum dicoba, menunggu pisang di kebun matang terlebih dahulu.
Lalu ketika tidak punya pisang saya beralih membuat pumpkin bread, ketika itulah tiba-tiba mixer rusak, akhirnya saya pun kembali pada pengocok telur model lama. Yang membuat saya tidak bisa mengocok telur sampai mengembang betul. Karena capek juga. Jadi ketika punya pisang matang lagi, saya mengulang percobaan membuat banana bread. Asal kocok saja, pisangnya juga belum kematangan. Akibatnya tidak bisa hancur benar. Hasilnya, kue yang teksturnya kasar…

Besoknya mencoba lagi. kali ini berusaha lebih telaten mengocok telurnya, sampai warnanya putih. Pisangnya pun lebih halus. Waktu hampir matang, aduuuh baunya… harum sekali! Memenuhi dapur. Kali ini saya pakai loyang yang lebih kecil, jadinya kuenya nampak lebih tinggi. Yang kali ini bukan hanya harumnya yang menggoda, tapi juga teksturnya lebih lembut. Berongga-rongga seperti umumnya cake. Rasanya? Enak sekali….

Setiap percobaan ada fotonya, tapi tidak sampai hati saya untuk memuatnya di sini, kecuali yang satu ini. Karena hanya akan membangkitkan kenangan yang bisa merusak semangat dan memberatkan hari-hari yang akan datang saja J dan lagi repot kan upload terlalu banyak foto? Yang ini hasil percobaan terakhir. Tidak sabar menunggu dingin sudah keburu dipotong, ditambah pisaunya kurang tajam. Jadinya hancur begitu.

Terlepas dari penampilannya yang kurang appealing, inilah resep yang sekarang saya yakini paling baik, maksudnya yang kalau saya bikin pasti berhasil…

Resep cake pisang
Bahannya :
-        3 buah pisang masak (setelah saya coba, pisang apa saja enak, asal masak)
-        2 cangkir tepung terigu
-        2 butir telur
-        1 kuning telur
-        ¾ cangkir mentega dicairkan
-        ¾ gula pasir
-        3 sdm susu coklat kental manis
-        ½ sdt Soda kue
-        ½ sdt Kayu manis bubuk
-        Garam (optional)

Caranya :
1.  Siapkan loyang, olesi dengan mentega, taburi tepung
2.  Panaskan oven (saya tidak bisa menjelaskan berapa suhunya, saya cuma pakai panci serbaguna, dipanggang di atas kompor dengan api sedang sekitar 45 menit)
3.  Pisang dihancurkan sampai halus, tambahkan susu coklat dan mentega cair, sisihkan.
4.  Kocok telur dan gula sampai mengembang
5.  Tambahkan tepung, soda, kayu manis, dan garam ke dalam kocokan telur. Aduk rata.
6.  Aduk dengan pisang hingga rata.
7.  Masukkan ke dalam Loyang. Panggang sampai matang

Nah, tidak jujur kalau cuma menunjukkan hasil uji coba sendiri seolah-olah itu hasil kerja saya sendiri. Ini contekannya htttps://plus.google.com/+YahiyaMv/posts/6yFSEtNV7PM
Tidak persis benar, karena punya saya sudah melalui berbagai penyesuaian.

Agustus, 2016

1 comment: