Randu berbunga saat
kemarau, dan saat-saat itu adalah saat-saat terdingin sepanjang tahun, bediding kata orang Jawa. Saat itu pula
randu menggugurkan daun-daunnya –yang juga diberi nama oleh orang Jawa, baladewa- hingga batangnya nampak
telanjang hanya berhias bunga-bunganya –ada namanya juga menurut orang jawa, karuk.. Daun-
daun itu baru akan tumbuh lagi saat
buah-buahnya sudah tua dan mulai mengering. Bersama dengan randu, jati dan
kamboja juga meranggas, mengantisipasi musim yang akan sangat kering, tak ingin
menyia-nyiakan air lebih banyak. tetapi saat-saat itu justru mangga sibuk
berbunga dan berbuah. Daun-daunnya pun tetap lebat dan hijau.
Daun randu mirip dengan daun singkong (Manihot
utilissima). Daun mereka sama-sama berbentuk daun yang digolongkan palmatelly compound leaves. Tetapi mereka
tidak sekeluarga, randu dimasukkan ke dalam famili bombacaceae, sedang singkong
dimasukkan ke dalam famili euphorbiaceae. Di
sini ada foto pohon randu, daun randu, dan daun randu bersanding dengan
daun singkong. Mari kita cari perbedaan dan persamaan antara daun randu dan
daun singkong berdasarkan foto di sini….
Tidak hanya serat kapuk yang dimanfaatkan.
Bagian-bagian lain juga berguna. Bijinya misalnya, dapat diperas minyaknya.
Minyak biji randu dipakai untuk bahan membuat sabun, juga bisa untuk memasak. Minyak
biji randu termasuk minyak nonkolesterol. Dijadikan bahan bakar untuk pelita
pun bisa. Ampas perasan minyaknya digunakan juga untuk pakan ternak ruminansia.
Ternak, khususnya kambing, juga bisa disuguhi daun randu. Kayu randu ringan dan
empuk (maksudnya bukan seempuk pisang matang tapi tidak sekeras kayu jati atau
sono keling atau mahoni), biasa dipakai untuk bahan bakiak alias sandal kayu.
Ternyata, daun, bunga, dan buah randu muda di kalangan masyarakat tertentu juga
merupakan bahan pangan…