(Ia meninggalkanku
Sendiri di sini)
Berlari menyongsong musuh yang tak nampak wujudnya
Kau menebas mereka dengan gagah berani
Berlari, berputar, melompat-lompat
Menghindari serangan bertubi
Berteriak garang saat tersakiti
Diam tercenung aku menatap
Berbagai bayangan berkelebat dalam benakku
Ingatan-ingatan
Kenangan-kenangan
Kurasa belum lama berlalu
Kita bercakap tentang negeri busuk berkarat ini
Penguasa menggerogoti tulang-tulang kita
Kapitalisme menyedot darah dan sungsum kita hingga kering
Bahkan air mata pun tak lagi kita punya
Hijau sawah berlumpur derita petani
Berkibar-kibar di sana bendera-bendera
Bibit jagung, obat semprot hama, pupuk buatan pabrik ternama
(aku benci mereka)
Mentertawakan langkahku langkahmu yang tertatih
Birunya lautan berombak menggulung nelayan
Yang berangkat melaut berbekal sekeranjang doa
Semoga trawl menyisakan sesuatu untuk mereka
Kita percaya ini neraka
Kita percaya suatu hari yang lebih baik menanti kita
Jika kita tak berdiam diri tak berpangku tangan
Dan kitapun menyeru-nyeru dengan suara serak
Sepanjang jalan
Menyeru dan menyeru pada kerumunan orang
Merapatkan barisan mengepalkan tangan meneguhkan iman dan tekad
Kurasa belum lama berlalu
Bahkan tikar tempat kita duduk pun masih terhampar di situ
Saat melepas lelah berbagi aroma kembang tanjung berguguran di jalanan
Bercerita tentang langit dan matahari senja yang memerah serupa darah
Dan kupu-kupu yang hinggap di bunga-bunga pinus berwarna coklat
Berjalan dan menandai hari-hari dengan rupa-rupa kegilaan
Mandi di kali, melompat-lompat di pematang, menyeru-nyeru memanggil Tuhan
Tenggelam dalam lembar-lembar buku dan membaca keras-keras ratusan puisi
Aku memandang tanganmu yang mulai lelah mengayun pedang
Kau basah berpeluh
Asap menguar dari tubuhmu yang terbakar
Nafasmu seolah hendak pergi berpamitan
Musuh yang perkasa
Tak bergeming ia oleh seranganmu
Bahkan tersengal pun ia tidak
Ia raja raksasa berkaki sepuluh seperti gurita
Bertangan empat laksana Syiwa
Dan seperti Brahma mempunyai empat kepala
Dari nafasnya menyembur api serupa naga
Lalu kembali kusadari betapa aku telah sendiri
Kau telah pergi
Membawa pedang dan menyongsong musuhmu
Siapa yang mencuri temanku dari
Percakapan yang belum selesai?
Siapa yang mencuri temanku dari mimpi dan harapan tentang esok pagi?
Tahukah kau siapa?
Dialah raja raksasa yang menyaru rupa menjadi kemiskinan
Aku tak berani menghadapi kenyataan jika kau nanti menatapku dengan pandang heran
Bila mendengarku berbicara
Karena Raja raksasa musuh kita telah menyihirmu menjadi batu
Nisa, 27 Juli 2011
No comments:
Post a Comment